Sebelum abad ke-17 di Tanah Tungkal ini sudah berpenghuni seperti Merlung, Tanjung Paku, Suban yang sudah dipimpin oleh seorang Demong, jauh sebelum datangnya rombongan 199 orang dari Pariang Padang Panjang yang dipimpin oleh Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja Johor.
Kemudian
memasuki abad ke-17 ketika itu daerah ini masih disebut Tungkal saja,
daerah ini dikuasai atau dibawah Pemerintahan Raja Johor. Dimana yang
menjadi wakil Raja Johor di daerah ini pada waktu itu adalah Orang Kayo
Depati. Setelah lama memerintah Ornag Kayo Depati pulang ke Johor dan ia
digantikan oleh Orang Kayo Syahbandar yang berkedudukan di Lubuk Petai.
Setelah Orang Kayo Syahbandar kemudian diganti lagi oleh Orang Kayo
Ario Santiko yang berkedudukan di Tanjung Agung (Lubuk petai) dan Datuk
Bandar Dayah yang berkedudukan di Batu Ampar, daerahnya meliputi Tanjung
rengas sampai ke Hilir Kuala Tungkal atau Tungkal Ilir sekarang.
Memasuki
abad ke- 18 atau sekitar tahun 1841-1855 Tungkal dikuasai dan dibawah
Pemerintahan Sultan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin. Pada
saat itu kesultanan Jambi mengirim seorang Pangeran yang bernama
Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal yaitu Tungka Ulu sekarang Kedatangannya
disambut baik oleh orang Kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah.
Setelah
terbukanya Kota Kuala Tungkal maka semakin banyak orang mulai datang,
sekitar tahun 1902 dari suku Banjar yang berimigrasi dari Pulau
Kalimantan melalui Malaysia. Mereka ini berjumlah 16 orang antara lain :
H.Abdul Rasyid, Hasan, Si Tamin gelar Pak Awang, Pak Jenang, Belacan
Gelar Kucir, Buaji dan kemudian mereka ini berdatangan lagi dengan
jumlah agak lebih besar yaitu 56 orang yang dipimpin oleh Haji Anuari
dan iparnya Haji Baharuddin, Rombongan 56 orang ini banyak menetap di
Bram Itam Kanan dan Bram Itam Kiri. Selanjutnya datang lagi dari suku
Bugis, Jawa, Suku Donok atau Suku Laut yang banyak hidup dipantai/laut,
dan Cina serta India yang datang untuk berdagang .
Pada
tahun 1901 kerajaan Jambi takluk keseluruhannya kepada Pemerintahan
Belanda termasuk Tanah Tungkal khususnya di Tungkal Ulu yang Konteleir
jenderalnya berkedudukan di Pematang Pauh. Sehingga pecahlah perperangan
antara masyarakat Tungkal Ulu dan Merlung dengan Belanda. Karena
mendapat serangan yang cukup berat akhirnya pemerintah Belanda
mengundurkan diri dan hengkang dari wilayah itu. Perperangan itu
dipimpin oleh Raden Usman anak dari Badik Uzaman. Raden Usman kemudian wafat dan dimakamkan di Pelabuhan Dagang.
Selanjutnya
muncullah Pemerintahan Kerajaan Lubuk Petai yang dipimpin oleh Orang
Kayo Usman dan Lubuk Petai kemudian membentuk pemerintahan baru. Pada
waktu itu dibentuklah oleh H.Muhammad Dahlan Orang Kayo yang pertama
dalam penyusunan pemerintahan yang baru.
Orang
Kayo pertama ini pada waktu itu masih diintip dan diserang oleh
rombongan dari Jambi. Ia diserang dan ditembak dirumahnya lalu patah.
Maka bernamalah pemerintahan itu dengan Pemerintahan Pesirah Patah
sampai zaman kemerdekaan. Dusun-dusun pada pemerintahan Pesirah Patah
dan asal mula namanya adalah :
|